MAHKAMAH AGUNG KINI PUNYA HIMNE
Jakarta—Humas MA: Guna mendorong penghayatan terhadap nilai-nilai Mahkamah Agung dan peradilan serta mengembangkan rasa cinta dan bangga terhadap lembaga, Mahkamah Agung kini memiliki lagu himne. Lagu yang merupakan kolaborasi antara musisi kenamaan Addie MS dengan A. S. Pudjoharsoyo, Sekretaris Mahkamah Agung tersebut akan diluncurkan oleh Ketua Mahkamah Agung Prof. Dr. M. Hatta Ali bersamaan dengan peringatan hari ulang tahun ke-74 Mahkamah Agung hari ini (19/08/2019).
Menurut Pudjoharsoyo, hingga usianya yang ke-74, Mahkamah Agung memang belum memiliki lagu mars, himne ataupun sejenisnya. “Padahal organisasi di lingkungan Mahkamah Agung, seperti Ikatan Hakim Indonesia (Ikahi) dan Dharma Yukti Karini (DYK) sudah memiliki himne dan mars,” ungkap Pudjoharsoyo saat gladi resik persiapan puncak peringatan hari ulang tahun ke-74 Mahkamah Agung di Jakarta, Minggu (18/08/2019).
Tiga Bait Sederhana
Untuk mencapai apa yang dikehendaki dari adanya lagu tersebut, menurut Pudjoharsoyo, dipilih lirik yang sederhana, lugas dan mudah dihafal. “Diharapkan dengan kesederhanaan lirik tersebut, lebih mudah diresapi oleh yang menyanyikannya,” ungkap Pudjoharsoyo menjelaskan.
Kendati demikian, lanjut Pudjoharsoyo, kesederhanaan liriknya tidak mengurangi kedalaman pesan yang ingin disampaikannya. “Lagu ini terdiri dari tiga bait dengan aksentuasi makna yang berbeda-beda tetapi memiliki kohesi dan koherensi satu sama lain sehingga membawa pesan dan makna yang holistic, “ ungkap Pudjoharsoyo.
Bait pertama lagu berusaha menyentuh kesadaran berbangsa warga Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan dibawahnya. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, setiap orang harus memiliki semangat untuk berbakti dan membangun Indonesia. Dan ini harus dilakukan dengan semangat kerjasama dan saling mendukung secara harmonis.
“Bait pertama ini berisi empat kalimat sederhana, yakni Bersama kita semua, Bangun Indonesia, Berikan baktimu, Untuk Nusa Bangsa, “urai Pudjoharsoyo lebih jauh.
Sedangkan pada bait selanjutnya yang terdiri dari dua kalimat, yakni Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berasas Pancasila, kita berkarya, ingin mengingatkan bahwa Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan yang direpresentasikan oleh Hakim memiliki tanggung jawab besar sebagai “wakil” Tuhan dalam menegakkan keadilan.
“Disini diharapkan tersentuhnya nilai-nilai kejujuran atau integritas dan kesadaran ketuhanan yang merupakan intisari sila pertama Pancasila, dilanjutkan dengan membawanya kepada Pancasila secara keseluruhan sebagai landasan berkarya,” papar mantan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Barat itu.
Adapun bait ketiga, terdiri dari empat ungkapan sederhana masing-masing Di Mahkamah Agung, Kami wujudkan, Keadilan ‘tuk semua, Bagi Indonesia. “Kami ingin menggugah segenap warga Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan untuk dengan keyakinan penuh bertekad mewujudkan keadilan bagi bangsa Indonesia,” jelas Pudjoharsoyo.
Musik dan Aransemen Besutan Addie MS
Kesederhanaan lirik tersebut dibalut apik dalam besutan musik dan aransemen yang dilakukan oleh musisi kenamaan Addie MS. Ketika ditawarkan untuk berkolaborasi mengkomposisi, mengaransemen dan mengorkestrasi Himne Mahkamah Agung, Addie MS dengan penuh antusias menyambutnya. Menurutnya, kolaborasi ini merupakan bentuk kepedulian terhadap nilai-nilai yang diharapkan tumbuh lewat lagu tersebut.
“Saya bangga dan terharu mendapatkan kepercayaan untuk mengaransemen Himne Mahkamah Agung sekaligus mendapat tanggung jawab yang besar,” ungkapnya di hadapan rapat pimpinan Mahkamah Agung saat memperdengarkan pertama kali besutannya di Bogor, Selasa (06/08/2019) lalu.
Seperti halnya lirik, menurut Addie MS, aspek melodi, harmoni, irama juga mempengaruhi bagaimana suatu lagu akan memberikan efek kepada yang menyanyikannya. Ada aspek estetika di dalam lagu yang harus dirasakan sebelum kemudian orang tertarik untuk menyanyikannya.
“Saat orang menyanyikannya dengan senang hati, barulah kita bisa berharap pesan dari lagu tersebut tersampaikan secara alami,” ungkap Addie MS.
Yang menarik dari aransemen pria yang menjadi salah seorang pendiri Twilite Orchestra ini adalah ketika meramu melodi dan harmoni pada bait kedua yang menggambarkan bagaimana hakim dan aparatur pengadilan harus bekerja berlandaskan ketuhanan dan Pancasila. “Kami buat lebih syahdu untuk membuat suasana lebih kontemplatif, sambil mempersiapkan mood yang menggelora di bagian berikutnya,” papar musisi yang memulai karir bermusiknya sejak tahun 1980 an itu.
Pada bait ketiga yang berusaha menggugah semangat warga Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan di bawahnya, melodi dan harmoni dibuat lebih intens, dan dinyanyikan oleh paduan suara dengan lebih kuat dan ekspresif sehingga klimaks lagu tercipta dengan efektif.
Dan untuk menggarap komposisi, aransemen, dan orkestrasi lagu ini, Addie bahkan rela harus mendalami visi, misi dan program pembaruan peradilan serta membangun pemahamannya tentang cita-cita Mahkamah Agung melalui Cetak Biru Pembaruan Peradilan 2010-2035 beserta dokumen-dokumen Mahkamah Agung lainnya.
Apresiasi Ketua Mahkamah Agung
Atas karya lagu yang dipersembahkan untuk Hari Ulang Tahun Ke-74 Mahkamah Agung ini, Ketua Mahkamah Agung, Prof. Dr. H. Muhammad Hatta Ali, S.H., M.H menyampaikan apresiasi dan terima kasihnya kepada Addie MS dan A.S. Pudjoharsoyo. Ia mengaku sangat terkesan dengan lirik, musik dan aransemen lagu Mahkamah Agung ini.
“Ada rasa kebanggaan dan sekaligus terharu (mendengarnya). (Dan) menyanyikan lagu ini, kita bisa menitikkan air mata. Sungguh luar biasa.” Ujar Hatta Ali setengah terbata-bata penuh keharuan saat mendengar lagu ini pertama kali di Bogor beberapa waktu lalu (06/08/2019).
Dengan Keputusan Nomor 123/KMA/SK/VIII/2019, Himne Mahkamah Agung ditetapkan sebagai lagu resmi yang wajib dinyanyikan pada saat acara-acara resmi Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan di bawahnya.
“Mudah-mudahan bait demi bait dan kata demi kata dari lagu ini dapat menjelma dan kita hayati sehingga dapat diwujudkan dalam perilaku kita,” harap Hatta Ali memungkasi komentarnya. (MN/RS/Photo:azh)