MENGENALKAN HAKIM DAN APARATUR PERADILAN, MAHKAMAH AGUNG KUNJUNGI UNISBA
Bandung-Humas: Dalam rangka memperkenalkan Mahkamah Agung kepada mahasiswa di seluruh Indonesia, Biro Hukum dan Humas Mahkamah Agung menyelenggarakan kegiatan MA Goes to Campus (MAGTC). Tahun ini merupakan tahun keempat penyelenggaraan MAGTC. Setelah sebelumnya sukses di Yogyakarta, Malang, Purwokerto, Jakarta, Padang dan Karawang, di akhir tahun 2024 ini, MAGTC menyapa ratusan mahasiswa Universitas Islam Bandung (Unisba) pada Selasa, 22 Oktober 2024 di Aula Hj. Kartimi Kridhoharsojo, Unisba, Bandung.
Ratusan mahasiswa tersebut berasal dari beragam fakultas di Unisba, di antaranya yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Tarbiyah, Fakultas Psikologi, Fakultas Komunikasi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, serta lainnya.
MA Goes to Campus kali ini mengambil tema Pengenalan Hakim dan Aparatur Peradilan di kalangan Gen Z. Tema ini merupakan tindak lanjut dari banyaknya pertanyaan berkaitan dengan profesi apa saja yang bisa digeluti di Mahkamah Agung dan empat lingkungan peradilan di seluruh Indonesia.
Kegiatan ini merupakan media yang digunakan oleh Mahkamah Agung untuk memperkenalkan Mahkamah Agung, tugas fungsinya, serta profesi hakim yang bisa digeluti oleh para mahasiswa dari berbagai jurusan. Kegiatan ini tentu saja bertujuan untuk menarik minat para mahasiswa Generasi Z untuk menjadi hakim dan aparatur peradilan lainnya.
Hadir pada MAGTC Unisba para narasumber andal yaitu Hakim Yustisial Biro Hukum dan Humas Mahkamah Agung, Dr. Riki Perdana R. Waruwu, S.H., M.H dan Kepala sub bagian pengembangan pegawai Biro Kepegawaian Mahkamah Agung Muzhar Khotib, S.Ip, S.H.
Dalam sambutan pembukaan, Sobandi menyampaikan Kegiatan ini diselenggarakan untuk memberikan akses seluas-luasnya kepada para mahasiswa untuk mengelaborasi, bertanya, ataupun berdiskusi dengan para ahli terkait tugas dan fungsi peradilan di Indonesia serta prosedur menjadi hakim dan aparatur peradilan di Indonesia.
“Kalian boleh bertanya kepada narasumber tentang bagaimana cara menjadi hakim dan aparatur peradilan lainnya. Kalian juga boleh bertanya tentang gajinya berapa serta tantangannya apa saja,” ujar Sobandi kepada seluruh peserta.
Pada kesempatan yang sama, Rektor Unisba Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H. dalam pidatonya menyatakan bahwa ia merasa sangat bangga kampusnya terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaran MA Goes to Campus. Baginya, kegiatan ini bisa menjadi sumber inspirasi mahasiswanya dalam berkarir di bidang hukum ke depannya.
“Semoga dengan terselenggaranya MA Goes to campus di Unisba, banyak mahasiswa kami yang tertarik menjadi hakim dan aparatur peradilan ,” ucap Edi Setiadi.
Kegiatan yang dilaksanakan secara hybrid ini dihadiri pula oleh pihak rektorat Unisba, para Dekan, Ketua Pengadilan Ketua Pengadilan Tinggi Bandung, Dr. Moh. Eka Kartika EM, S.H., M.Hum., Ketua Pengadilan Tinggi Agama Bandung, Dr Drs H. Endang Ali Ma'Sum S.H.M.H., Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Bandung Dr. Hari Hartomo Setyo Nugroho, S.H M.H., Kepala Militer Bandung II-09 Kolonel Kum Dahlan Suherlan S.H.,M.H., para Sekretaris Pengadilan Wilayah Jawa Barat, dan undangan lainnya.
TIGA PESAN KUNCI UNTUK MAHASISWA YANG INGIN MENJADI HAKIM DAN APARATUR PERADILAN
Kepala Biro Hukum dan Humas dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan bahwa Mahkamah Agung adalah lembaga yang memiliki komitmen yang kuat dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat pencari keadilan. Pelayanan tersebut hampir di semua lini kini sudah berubah dari manual ke digital. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan pelayanan yang cepat, akuntabel, dan berbiaya ringan.
“Mahkamah Agung selalu mengikuti perkembangan teknologi informasi demi bisa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat di seluruh Indonesia,” kata Sobandi.
Menjawab tantangan artificial intelligent (ai), ia menyampaikan bahwa Mahkamah Agung salah satunya menciptakan Smart Majelis, aplikasi robotika berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk memilih majelis hakim secara otomatis, dengan menggunakan berbagai faktor antara lain pengalaman, kompetensi dan beban kerja hakim, mempertimbangkan jenis perkara yang akan diadili agar para hakim yang dipilih memiliki keahlian yang sesuai dengan perkara yang ditangani.
Untuk itu, ia menyampaikan tiga pesan kunci kepada Generasi Z yang ingin bergabung ke Mahkamah Agung.
Pertama, kuasai teknologi informasi. Menurut Sobandi, kini hampir semua pelayanan di Mahkamah Agung menggunakan TI, jika tidak bisa menguasai ilmu tersebut maka akan tergilas oleh yang lain.
“Mumpung anak-anakku sekalian masih dalam masa belajar, gunakan waktu luang yang ada dengan banyak mencari tahu dan berlatih IT,” ujarnya.
Kedua, kuasai bahasa, minimal Bahasa Inggris. Karena dengan Bahasa banyak sekali kesempatan yang bisa diraih, misalnya kesempatan untuk belajar ke luar negeri, mengikuti kursus singkat di luar negeri, yang kebanyakan gratis.
“Maka, gunakan waktu sekarang ini untuk belajar bahasa dengan baik,” pesan Sobandi.
Yang ketiga, dan ini yang terpenting menurutnya, yaitu tingkatkan dan jaga terus akhlak atau integritas. Karena, ilmu apapun yang dikuasai, setinggi apapun pendidikan atau jabatan yang diraih, tanpa integritas semua itu nihil, tanpa makna.
Para peserta menyatakan bangga dan bahagia bisa mengikuti kegiatan MAGTC. Mereka berharap ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan bisa mereka manfaatkan. Mereka juga berharap kelak bisa bergabung menjadi keluarga besar Mahkamah Agung. (azh/RS/photo:Sno)